Saleuëm


Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.... Kru Seumangat .... Saudara-saudaraku yang telah singgah dalam blog saya. Jangan lupa tinggalkan buah tangan saudaraku dengan meninggalkan sepatah dua kata sebagai nasehat terhadap saya. Buah tangan saudaraku bisa diketik pada comment yang tersedia di bawah setiap halaman dalam blog ini.

May 15, 2009

Gubernur Minta Rp2/SMS untuk Selamatkan Lingkungan Hidup Aceh

Kutipan dari www.analisadaily.com


Banda Aceh, (Analisa)

Gubernur Aceh Irwandi Yusuf meminta kepada pihak PT Telkomsel untuk menyisihkan Rp2/SMS dari setiap pelanggan Telkomsel di Aceh guna menyelamatkan lingkungan hidup di provinsi itu.

Dengan begitu, dana Coorporate Social Responsibility (CSR) yang dimiliki Telkomsel bisa disalurkan untuk hal yang lebih bermanfaat dan berjasa dalam penyelamatan lingkungan hidup Aceh, terutama hutan Aceh yang selama ini kian habis dibabat para perambah hutan.

“Dengan Rp2 kita bersama selamatkan lingkungan hidup Aceh,” ujar Gubernur Irwandi Yusuf saat menerima kunjungan Branch Telkomsel Aceh, Kamis (14/5) sore. Dikatakan, sejak 6 Juni 2007 lalu, Aceh melakukan moratorium logging, penghentian penebangan hutan untuk seluruh hutan di wilayah ini, baik di dalam maupun di luar kawasan hutan. Kebijakan moratorium ini berlaku sampai batas waktu yang belum ditentukan.

Kebijakan moratorium logging ini tertuang dalam instruksi gubernur yang selanjutnya memberikan tugas kepada instansi-instansi di bawah lingkup Pemerintah Aceh untuk memastikan bahwa jeda tebang hutan ini terlaksana di lapangan.

Kebijakan ini juga mengikat para pemegang konsesi penebangan (HPH, HTI), usaha dan kegiatan lainnya yang memiliki implikasi terhadap penebangan hutan. Sebab, pengelolaan hutan yang lestari akan menjamin keberlanjutan ekonomi bagi rakyat Aceh di masa depan. “Selain itu juga merupakan kontribusi rakyat Aceh dalam mengurangi laju perubahan iklim global yang bermanfaat bagi masyarakat dunia,” ujar Irwandi.

Sebelumnya Irwandi pernah mengatakan, visi Aceh Hijau yang dijalankan Pemerintah Aceh dengan menghentikan lima konsesi besar dari pemerintahan sebelumnya telah mampu menyelamatan 500 ribu hektar hutan Aceh dari pengrusakan.

Dengan blueprint dan masterplan percepatan pembangunan Aceh ke depannya serta Aceh Hijau, lebih memudahkan pemerintah dalam membawa Aceh ke arah yang lebih baik dari sekarang dan hutan Aceh pun bisa terselamatkan dari para perambah hutan.

Dalam pertemuan itu, Gubernur Irwandi didampingi Kabag Humas Nurdin F Jose sedangkan pihak Telkomsel dihadiri Manager Branch Telkomsel Aceh Ahmad Lukman, Manager BSS Sarman, Supervisor Keuangan Ismayadi, Supervisor Community Deni Hermanto dan Godo Intan, Fahreza serta Rommy.

1 Juta SMS

Manager Branch Telkomsel Aceh Ahmad Lukman mengatakan, saat ini pelanggan Telkomsel di Aceh mencapai 2,1 juta pelanggan dan setiap harinya ada sedikitnya ada 1 juta pesat singkat (SMS) yang beredar antar pelanggan di seluruh Aceh.

Jika program Rp2/SMS dapat dilakukan, maka upaya penyelamatan lingkungan hidup Aceh dapat terbantu sesuai dengan program gubernur yang telah melakukan berbagai cara dalam penyelamatan lingkungan terutama dalam program moratorium logging.

Meskipun demikian, menurut Lukman, pihaknya akan berusaha membicarakan hal ini kepada pimpinan pusat Telkomsel. Karena, keputusan tersebut tidak bisa diambil di tingkat kantor branch seperti di Aceh. “Saya akan bicarakan hal ini dengan pimpinan pusat, semoga bisa terujud,” ujar Ahmad Lukman.

Silaturahmi Branch Telkomsel Aceh ini juga sambil memperkenalkan bahwa Grapary Banda Aceh kini statusnya telah meningkat menjadi kantor branch yang kini juga telah dilengkapi menager teknis (BSS) dan personil kantor branch Aceh lainnya.(irn)

Ibrahim Syamsuddin (KBS) pass away in Kuala Lumpur

Thursday, 14 May 2009 | 7:53 PM

BANDA ACEH - An Aceh Transitional Committee (KPA) member and Aceh Party legislative candidate, Ibrahim Syamsuddin (45), passed away at the Syah Alam Hospital in Kuala Lumpur, Malaysia, on Thursday. Aceh Party spokesman Abu Razak said here on Thursday that he had received word from the KPA representative in Malaysia, Syarifuddin, about Syamsuddin’s death.

Razak said Syamsuddin passed away at 10.45 Malaysian time on Thursday morning, leaving behind his wife and four children in Malaysia. According to Razak, Syamsuddin had been suffering from Hepatitis-B and frequently underwent medical checkups both in Malaysia and in Banda Aceh.

But after the legislative elections in April , 2009, Syamsuddin was admitted to Syah Alam Hospital in Malaysia until he took his last breath on Thursday morning. Asked where Syamsuddin’s body would be buried, Razak said that based on information he had received, it would take place in the Klang area in Kuala Lumpur.

Syamsuddin was a legislative candidate of the Aceh Party for the North Aceh and Lhokseumawe elecotoral regions and he was elected to be a member of the Aceh provincial legislative assembly.


JIM
Antara

May 14, 2009

Layanan pasien di Rumah Sakit


Sekitar bulan pertengahan Februari saya harus ke gawat darurat di Rumah Sakit Zainoel Abidin Banda Aceh. Kemungkinan sakit batu karang dalam ginjal saya kambuh. Saya pernah mengalami sakit seperti ini tahun 2000 di Salt Lake City, Utah, Amerika Serikat.

Waktu itu saya masih bujangan dan tinggal serumah dengan Almarhum Mukhlis. Beliau berasal dari Calang dan sama-sama dengan kami ke USA. Beliau meninggal karena penyakit hepatitis B dan disemayamkan di Harrisburg, Pensylvania. Setelah bergelut dengan hepatitis selama 2 tahun Tuhan menghendaki menghentikan penderitaan dengan memanggilnya ke alam baqa. Sebelum meninggal beliau sempat kami rawat di rumah saya selama 2 bulan.

Di Utah, sakit yang sangat kuat dan tidak pernah saya rasakan seumur hidup saya diatas pinggang saya bagian belakang. Mukhlis mengantar saya dengan mobilnya ke University Hospital of Utah. Saya terus masuk ke "emergency room". Biasanya di Amerika, yang benar-benar emergency akan dirawat dengan secepatnya. Kalau hanya sakit flu biasa atau demam, lebih baik mencoba dulu dengan ubat luar, jika benar-benar tidak ada perubahan baru ke gawat darurat. Jika tidak bersiap-siaplah untuk menunggu sehingga 8 jam baru ada perawatan.

Begitu sampai di emergency room, saya tidak duduk di kursi, karena teramat sakit saya berguling-guling di lantai. Begitu pihak rumah sakit melihat saya dalam keadaan begitu, mereka bergegas mengambil saya dan memasukkan dalam kamar pemeriksaan. Disini tidak ada istilah diskriminasi kaya miskin, hitam putih, besar kecil atau tua muda. Siapa yang lebih parah sakitnya akan mendapat layanan lebih dulu.

Di kaca pendaftaran pasien tertulis perkataan yang ditandatangani oleh kepala rumah sakit yang menjelaskan kepada semua bahwa di rumah sakit tersebut tidak ada istilah diskriminasi. Ataupun jika ada perawat yang merawat atau yang mengambil biodata pasien dan menanyakan tentang kesanggupan untuk melunaskan biaya rumah sakit, jika kita laporkan ke pihak atasan mereka akan dipecat "on the spot".

Saya terus didorong kedalam kamar, terus datang perawat dan bertanya pada saya, "dimanakah yang sakit? Apakah disini? Minta maaf jika pelayanan saya terlalu kasar" sambil memasang infus di lengan saya. Sebenarnya perawat tersebut sangat lembut dalam menyentuh saya. Mereka memang benar-benar "perawat". Lima menit kemudian dokter masuk dan memeriksa keadaan saya, dia menganjurkan untuk memberikan morfin untuk menghilangkan sakit. Sebelum dokter memberikan obat tersebut dia terlebih dahulu telah meminta keizinan saya untuk obat yang keras tersebut. Setelah saya diberikan infus saya tertidur mungkin karena kelelahan melawan kesakitan semalam suntuk dirumah.

Di Banda Aceh penyakit ini kambuh kembali. Dengan pickup L-300 punya kawan saya diantar ke RSUZA, Banda Aceh. Saya terus masuk ke dalam kamar dan menggeliat menahan sakit. Saya tidak menjerit, memang sudah watak saya jika sakit lebih banyak diam dari pada membuang energy dengan berteriak. Hampir setengah jam tidak ada yang datang ke ranjang saya, apakah perawat atau dokter. Saya bertanya kepada pasien disebelah saya yang lebih dulu datang, juga belum mendapat layanan. Dokter dan perawat sebenarnya tidak jauh dari kami, mereka hanya duduk dimeja menulis sesuatu dan berbincang sesuatu yang tidak saya mengerti.

Barulah suara saya keluar, "Apakah dokter dan perawat disini hanya makan gaji buta? Atau sudah lupa tentang tugas mereka untuk melayan orang sakit". Barulah mereka datang ketempat saya dan menanyakan tentang sakit saya. Mereka masih mengandai-andai sakit saya dan saya disarankan untuk menunggu mengambil darah dan dibawa ke Lab. Saya bilang pada dokter, "tolong kasih obat penahan sakit dulu baru sarankan ini itu." Barulah mereka menginfus saya dan memberikan obat penahan sakit. Dua peluru kendali juga masuk lewat lobang belakang saya, kata mereka obat penahan sakit juga. 10 menit kemudian barulah lega. Lalu saya bilang pada dokter untuk tidak melanjutkan perawatan saya, karena sakit ini dari ginjal saya yang kambuh dan saya akan pulang ke Amerika, disana nanti akan saya berobat kembali. Barulah mereka melayan saya dengan lebih baik karena baru mereka tau saya sebagai orang asing di Aceh.

Rumah sakit ini (RSUZA) juga sangat kotor, saya takut menular penyakit orang lain terhadap saya jika lama-lama di rumah sakit ini. Terlihat pada ranjang darah-darah kering dan kotoran lainnya. Mereka tidak peduli dengan kebersihan Rumah Sakit, mereka telah lupa tujuan rumah sakit itu untuk apa. Apakah untuk mengobati pasien atau untuk menularkan penyakit dari pasien A ke pasien B.

Kemudahan Teknologi


Dunia semakin canggih, kemajuan dalam bertechnology telah sampai kepelosok kampung. Parabola menghiasi rumah-rumah. Kadang kelihatan sangat menyolok mata memandang, rumah yang beratap daun rumbia atau daun nipah juga telah ada parabola. Memang tidak salah dalam menggunakan parabola untuk menguatkan frekwensi sinyal tv kepada pemirsa, juga bisa melihat dunia luar dengan parabola.

Kita bisa menonton siaran langsung sepakbola Liga Inggris, Liga Italy, Juara Tinju dan lain-lain olah raga dengan mudah berkat ada kemudahan parabola. Kemudahan ini tidak mudah didapatkan di negara maju yang seperti di Amerika (tempat saya tinggal sekarang). Untuk bisa menonton yang langsung-langsung harus mengeluarkan uang lebih, itupun jika ada simpanan sedikit yang tersisa dari pengeluaran biaya yang sangat ketat disini. Untuk menonton WWF wrestling (gulat ala Amerika) yang live pun harus menerogoh saku lebih dalam lagi. Kadang harus rela melepaskan peluang untuk menonton. Sangat beruntung di Aceh.

Untuk penggunaan Handphone (HP) di Aceh juga tidak kalah canggih. Bermacam model dan merek telah ada di Aceh. Begitu juga dengan syarikat pelayanan telepon sangat banyak. Kemana saja, pelosok apa saja, menara penguat sinyal wireless kelihatan dimana-mana. Syarikat pelayanan telepon mendapat untung dengan hanya menyewa sepetak tanah untuk kaki tower selama 10 tahun. Kemana saja kita melangkah akan bisa berkomunikasi dengan mudah dengan HP (hape). Apalagi dengan SMS (sort message service) sangat murah di Aceh. Semua bisa menjangkaunya. Sangat beruntung Aceh.

Siswa-siswi dengan bangganya menunjukkan HP terbaru mereka yang dilengkapi dengan kemudahan-kemudahan canggih.Dilengkapi dengan camera bisa merekam gambar dan video juga bisa memainkan radio serta lagu-lagu MP3. Tidak heran jika kebanyakan orang tua di Aceh tidak bisa mengaktifkan hape-hape terbaru sekarang. Abang saya baru bisa bersms setelah setahun memegang hape. Bahkan waktu baru-baru mendapatkan hape beliau tidak bisa menjawab telepon masuk. Sangat beruntung Aceh.

Dalam semua kecanggihan ini, kita berbalik kepada orang tua yang mempunyai anak-anak sampai belasan tahun umurnya. Anak-anak belasan tahun, sangat agresif dan ingin mencoba sesuatunya dengan mencoba dulu, merasakan dan baru berpikir baik buruknya dari kemudahan technology yang mereka punyai. Mereka akan melakukan apa saja tanpa memikirkan dosa dan akibat sosial yang terpengaruh dari kesalahan menggunakan technology tersebut. Disinilah tanggung jawab orang tua untuk menjaga dan mengamati tingkah laku anak-anak.

Dengan adanya parabola, mereka bisa mendapatkan informasi lebih cepat dan bisa membuat perbandingan informasi yang diterima dari TV. Orang tua anak harus menjaga agar tidak ternonton hal-hal yang dapat merusakkan akhlak anak, seperti film-film yang erotis, film-film yang dapat merusakkan aqidah dalam segi bahasa film ataupun acting dari film. Di Amerika misalnya, untuk hal ini bisa diprotect dengan membuat kata kunci (password) dichannel yang tidak patut ditonton oleh anak-anak. Dari pihak pemerintah ataupun swasta ada channel khusus untuk anak-anak seperti PBS (pbskids.org), Disney channel, discovery kids dan lain-lain, sehingga anak-anak tidak terpaksa harus menonton film yang tidak boleh mereka lihat sebab ada pilihan mereka sendiri. Orang tua kita, jangankan untuk memasukkan password di channel "bahaya" itu, malah menyuruh anaknya untuk bisa mengakses channel tersebut. Sangat beruntung Aceh :)

Penjual hape akan melakukan apa saja untuk melariskan hp mereka, juga untuk mendapatkan uang lebih dengan memasukkan gambar-gambar ataupun video dalam bentuk 3gp file supaya mudah diakses dengan hape. Mereka akan memungut biaya yang lebih jika tersedia gambar-gambar dan video-video tersebut. Orang tua di Aceh tidak bisa dan tidak pernah belajar untuk bisa membuka file-file yang ada dihape anak-anaknya. Saya menjamin 80% hape anak-anak di Aceh ada gambar ataupun video porno yang oleh orang tua mereka tidak tau untuk menceknya. Jangankan untuk membuka hape, untuk menjawab telepon masukpun harus minta bantuan orang lain. Alangkah baiknya jika orang tua tau sedikit tentang technology sehingga anak-anaknya terjaga dalam menggunakan informasi canggih ini. Sangat beruntung Aceh.

Apakah orang-orang tua di Aceh salah membeli alat technology kepada anak-anaknya? Tidak salah, malah sangat baik, karena dengan itu anak-anak kita tidak tertinggal dengan kecanggihan negara yang telah maju. Disinilah kewajiban pemerintah untuk menjaga generasi yang akan datang supaya tidak dirusakkan dengan akhlak yang rusak.

Pemerintah berkewajiban untuk bisa memblokir channel-channel tv yang tidak baik untuk peradaban Aceh. Juga pemerintah berkewajiban untuk memberikan informasi melalui media-media cetak dan elektronik tentang bahanya technology jika tidak dikontrol oleh orang tua. Ataupun paling kurang memberikan sanksi yang berat kepada penjual hape yang mencari keuntungan dengan memasukkan gambar porno di hape. WH harus diberikan wewenang yang lebih dalam memeriksa hape anak-anak dan juga guru-guru disekolah diberikan wewenang untuk itu. Guru ngaji dan bahkan Imum Mesjid juga berwewenang untuk menjaga generasi yang akan datang dalam bertechnology. Sangat beruntung Aceh.

Menurut pandangan saudara, bagaimana Atjeh kedepan?

forex trading